Review ZTE Axon Mini Indonesia, Layar Super AMOLED-nya Bikin Betah
Awalnya saya sama sekali tak punya pikiran untuk mencoba smartphone ini. Namun, karena Xiaomi Redmi 4 Prime yang ingin saya coba, saat itu belum tersedia stoknya di GearBest.com, maka sayapun mencari-cari smartphone lain yang kiranya menarik hati. Pada akhirnya saya cukup terkejut melihat harga ZTE Axon Mini yang hanya $149.99 di halaman phone deals GearBest. Menurut saya harga segitu, yang jika dikonversi mungkin sekitar dua juta Rupiah, adalah harga yang seringkali menjadi harga psikologis yang akan membuat orang bersedia mengeluarkan uangnya untuk membeli sebuah smartphone baru.
Setahu saya, ZTE merilis seri Axon dengan karakteristik spesial, kalau tak bisa dibilang paling premium. Meskipun memang sudah ada penerusnya, ZTE Axon Mini 7, namun ponsel ini masih menawarkan hal-hal menarik yang menurut saya akan sulit ditemui pada smartphone lain di level harga yang sama. Apa saja? Saya buatkan daftarnya deh di bawah ini:
- Layar Super AMOLED 5,2 inci, Full HD,
- Front-facing speaker,
- Iris scanner (okay, ini cuma gimmick pakai kamera depannya yang 8 Megapixels saja),
- Desain yang tak biasa, terlihat fashionable.
Alhamdulillah, pihak GearBest setuju mengirimkan sebuah ZTE Axon Mini untuk saya review, dengan catatan mereka boleh menitip tautan di video Xiaomi Redmi 4 Prime saya, haha. Saya pikir tak ada ruginya sih cuma menempelkan tautan di deskripsi video, dapat smartphone.
Namun rupanya, saya tetap harus merogoh kocek saya cukup besar untuk bisa memiliki smartphone ini. Adalah pajak impor yang jadi biang keladinya. Ya, saya tahu memang ada pajak yang harus dibayar untuk memasukkan barang dengan harga di atas $50.
Pihak GearBest rupanya menuliskan harga ponsel ini sebesar $40.99 saat dikirimkan. Praktik undervalue ini memang lumrah dilakukan oleh penjual dari negeri sebrang sana untuk membantu pembeli mendapatkan barang dengan biaya lebih murah.
Saya agak kesal juga karena tak pernah meminta GearBest menulis harga demikian, apalagi GearBest seringkali melakukan pengiriman menggunakan DHL, di mana pajak umumnya ditalangi dulu dan kita tinggal bayar saat kurir DHL mengantarkan kiriman ke rumah. Karena pajak sudah ditalangi lebih dahulu, artinya kita tak bisa melakukan penyesuaian atau mengajukan keberatan bilamana pajak yang dikenakan tidak sesuai. Walaupun memang cara pengiriman DHL ini memberi kenyamanan karena kita tak perlu datang menjemput paket ke kantor pos besar yang lokasinya seringkali jauh dari tempat tinggal kita.
Dan sayalah yang kena batunya nih! Saat kiriman akan diantarkan ke rumah, kurir DHL menelepon lebih dulu untuk menginformasikan adanya biaya yang harus dibayar saat serah terima paket. Dan sang kurir menyebutkan jumlahnya sekitar satu juta Rupiah! Ya, SATU JUTA RUPIAH! Inilah detail perhitungan pajak dan biaya yang dikenakan DHL:
total biaya (ditambah charges dari DHL) |
katanya begini perhitungan pajaknya |
Jadi ceritanya, pihak Bea Cukai merasa harga yang dituliskan tidak sesuai. Ya iyalah, hape apa coba yang harganya $40 hari gini. Kiriman dibuka dan harganya ditaksir ulang. Di sinilah saya tidak beruntung, ZTE Axon Mini saya ditaksir dengan harga $300, bukan $149.99! Padahal pihak DHL sempat meminta bukti invoice karena barang memang sempat tertahan. Saya sudah mintakan invoice aslinya ke GearBest, sudah saya kirimkan ke pihak DHL, namun tak berhasil mengubah harga taksiran dari pihak Bea Cukai, hiks...
Ditambah alamat NPWP yang berbeda dengan alamat pengiriman, jadilah saya harus membayar sebegitu besarnya demi ZTE Axon Mini ini. Di Youtube sudah ada yang mengomentari, katanya bayar pajak kan kewajiban, kenapa mengeluh? Ha.. ha.. ha.. Bukan soal bayar pajaknya yang saya persoalkan, tapi kelebihan taksirannya.
Okelah, barang sudah di tangan, kita langsung masuk ke sesi pertama dari tiap pengujian gadget yang saya lakukan: Unboxing!
Unboxing ZTE Axon Mini
Saat pertama melihat kotak kemasan ZTE Axon Mini, saya langsung sadar. Ya pantas saja Bea Cukai tak percaya ini berharga $40, karena selain besar, kotaknya juga terlihat elegan dan menggunakan bahan karton tebal dengan kualitas yang baik.
ZTE Axon Mini - Kotak kemasan penjualan |
ZTE Axon Mini - Kotak kemasan penjualan |
ZTE Axon Mini - Kelengkapan dalam kotak penjualan |
Di dalam kotak penjualan, ZTE menyertakan eksta kelengkapan berupa hardcase semi transparan berwarna putih buram dan juga headset dengan tipe earbud alias in-ear. Dua hal inilah yang menurut saya cukup membedakan produk ini dengan smartphone kelas budget. Untungnya lagi, kepala charger yang disertakan menggunakan tipe EU Plug yang bisa tinggal pakai di Indonesia.
ZTE Axon Mini - Kepala charger 5v 1,5A |
ZTE Axon Mini - first hands-on |
Kesan Pertama pada ZTE Axon Mini
ZTE Axon Mini - sisi depan |
ZTE Axon Mini - sisi belakang |
Kesan pertama yang saya dapatkan dari ZTE Axon Mini adalah desainnya yang sangat detail. Luxurious mungkin adalah kata yang tepat, selain fashionable. Dan yang paling membuat mata termanjakan tentu saja tak lain dan tak bukan, layar Super AMOLED yang rasanya sudah lama sekali tak saya jumpai pada smartphone-smartphone yang saya coba. Maklum, terlalu sering mencoba budget smartphone, hehe.
Ukurannya terasa sangat pas di tangan. Dimensi layar 5,2 inci nampaknya menjadi favorit baru saya, tidak terlalu besar, namun sedikit lebih luas dari dimensi layar kesukaan saya sebelumnya, lima inci. Bobotnya yang ringan, disertai bentuk melengkung pada backcover semakin menambah kenyamanan ZTE Axon Mini dalam genggaman. Sisi paling pinggir dari smartphone ini pun jadi terlihat sangat tipis akibat dari desain melengkung ini. Mungkin karena sebelumnya saya menggunakan ZUK Z2 yang memang tebal dan cukup berat ya.
Menurut saya, desain ZTE Axon Mini ini memberikan saya sedikit 'liburan' dari penatnya desain smartphone yang gitu-gitu terus, gitu-gitu lagi. Warna Ion Gold yang saya dapatkan pun rasanya tidak terlalu feminim, jadi masih cocok jika digunakan oleh lelaki
ZTE Axon Mini - sisi atas |
ZTE Axon Mini - sisi bawah |
ZTE Axon Mini - sisi kanan, tombol power dan sim-card tray |
ZTE Axon Mini - sisi kiri, volume rocker |
ZTE Axon Mini - bagian atas layar |
ZTE Axon Mini - sisi belakang bagian bawah, sentuhan ekstra untuk detail |
ZTE Axon Mini dalam Penggunaan Sehari-hari
Dalam penggunaan sehari-hari dalam seminggu terakhir, saya merasa nyaman menjadikan ZTE Axon Mini sebagai daily driver saya. Selain karena tidak punya smartphone lain lagi, faktor layar kinclong dengan reproduksi warna yang sangat hidup jadi alasan saya yang utama. Istri saya pun memuji bentuk dan layar dari smartphone ini. Untung saja merk-nya ZTE, karena kalau merk-nya Samsung mah besar kemungkinan proses eksekusi sita ponsel akan terjadi, ha.. ha..
Beralih ke sisi performa, ada hal yang membuat saya tergelitik. Pada ZTE Axon Mini, seringkali terjadi freeze sesaat pada waktu saya membuka aplikasi Instagram. Hal ini juga terjadi pada Xiaomi Redmi 3 dan Lenovo Vibe K5 Plus yang pernah saya coba, tetapi tidak pada Vivo V3. Kenapa saya membandingkannya dengan ketiga smartphone tersebut? Karena semua smartphone yang saya sebut pada paragraf ini sama-sama menggunakan processor Qualcomm Snapdragon 616. Redmi 3 dan K5 Plus memiliki RAM sebesar 2 GB, sedangkan Axon Mini dan V3 sebesar 3 GB.
Kenapa Vivo V3 bisa begitu smooth dan lancar ya memanfaatkan processor yang sama dengan ketiga ponsel lainnya? Sampai saat ini masih menjadi pertanyaan di benak saya. Apa mungkin karena Vivo V3 menggunakan RAM 3 GB namun layarnya hanya punya resolusi HD? ZTE Axon Mini walaupun RAM-nya sama besar, namun resolusi layarnya sudah Full HD yang artinya lebih banyak memberatkan kinerja dapur pacunya. Hmm, bisa jadi!
Pada awal-awal saya berpindah dari ZUK Z2 ke ZTE Axon Mini, saya bisa notice ada penurunan performa multitasking yang terasa. Namun setelah beberapa hari memakai ZTE Axon Mini dan ZUK Z2 sudah saya singkirkan (baca: terjual), rasanya diri saya sudah beradaptasi dengan baik pada performa yang dimiliki oleh smartphone ini, hahaha. Wajar lah, beda kelas processor dari kedua smartphone tersebut, dan ini bukan untuk diperdebatkan. Cukup lah, cape lihat di mana-mana terjadi debat, yuk kita have fun saja!
Beralih ke sisi performa, ada hal yang membuat saya tergelitik. Pada ZTE Axon Mini, seringkali terjadi freeze sesaat pada waktu saya membuka aplikasi Instagram. Hal ini juga terjadi pada Xiaomi Redmi 3 dan Lenovo Vibe K5 Plus yang pernah saya coba, tetapi tidak pada Vivo V3. Kenapa saya membandingkannya dengan ketiga smartphone tersebut? Karena semua smartphone yang saya sebut pada paragraf ini sama-sama menggunakan processor Qualcomm Snapdragon 616. Redmi 3 dan K5 Plus memiliki RAM sebesar 2 GB, sedangkan Axon Mini dan V3 sebesar 3 GB.
Kenapa Vivo V3 bisa begitu smooth dan lancar ya memanfaatkan processor yang sama dengan ketiga ponsel lainnya? Sampai saat ini masih menjadi pertanyaan di benak saya. Apa mungkin karena Vivo V3 menggunakan RAM 3 GB namun layarnya hanya punya resolusi HD? ZTE Axon Mini walaupun RAM-nya sama besar, namun resolusi layarnya sudah Full HD yang artinya lebih banyak memberatkan kinerja dapur pacunya. Hmm, bisa jadi!
Pada awal-awal saya berpindah dari ZUK Z2 ke ZTE Axon Mini, saya bisa notice ada penurunan performa multitasking yang terasa. Namun setelah beberapa hari memakai ZTE Axon Mini dan ZUK Z2 sudah saya singkirkan (baca: terjual), rasanya diri saya sudah beradaptasi dengan baik pada performa yang dimiliki oleh smartphone ini, hahaha. Wajar lah, beda kelas processor dari kedua smartphone tersebut, dan ini bukan untuk diperdebatkan. Cukup lah, cape lihat di mana-mana terjadi debat, yuk kita have fun saja!
Custom UI dari ZTE dinamakan MiFavor UI, saya pun heran kenapa diawali Mi di depannya. Fitur dari custom UI ini yang paling terasa banyak manfaatnya buat saya adalah Gesture & Motion. Ada tiga buah gesture yang dapat saya manfaatkan, yaitu:
- Close app: usapkan tiga jari dari atas ke bawah untuk menutup suatu aplikasi.
- Switch apps: Usapkan tiga jari dari ke samping kanan atau kiri sesuai urutan aplikasi untuk berpindah antar aplikasi yang ada di recent apps.
- Screen capture: cubit layar menggunakan tiga jari, kita akan disajikan pratinjau dari screenshot yang masih dapat kita crop sebelum disimpan.
Selain itu, MiFavor UI pada ZTE Axon Mini juga menyediakan banyak sekali cara untuk membuka kunci layar. Selain dengan fingerprint, kita bisa membukanya menggunakan suara dan memindai mata. Namun sayangnya pemindaian mata masih dilakukan oleh kamera depan yang bukan kamera khusus untuk memindai retina atau iris. Jadinya tak pernah saya gunakan karena malah memperlambat proses pembukaan kunci layar smartphone ini.
Fingerprint scanner pada ZTE Axon Mini sama seperti smartphone lainnya kebanyakan, ditempatkan di bagian punggung smartphone ini. Namun, karena harus memberi ruang pada sesuatu yang dinamakan estetika, jadinya posisinya agak turun ke bawah. Sesekali saya jadi salah menempatkan telunjuk, malah ditempelkan pada LED flash, hahaha.
Proses pembukaan kunci layarnya sendiri sangat cepat, jangan suruh saya menyebut nol koma berapa detik ya, haha.. Tak penting buat saya, selama masih terasa cepat dan jarang gagal, bolehlah. Untungnya pula, fingerprint scanner pada ZTE Axon Mini pun terhitung akurat.
Proses pembukaan kunci layarnya sendiri sangat cepat, jangan suruh saya menyebut nol koma berapa detik ya, haha.. Tak penting buat saya, selama masih terasa cepat dan jarang gagal, bolehlah. Untungnya pula, fingerprint scanner pada ZTE Axon Mini pun terhitung akurat.
ZTE Axon Mini - pusat perhatian di sisi belakang |
Baterai yang disematkan pada ZTE Axon Mini berkapasitas 2.800 mAh dan pastinya tak bisa dilepas. Ya, smartphone ini menganut aliran unibody, bukan udabody. Dalam pemakaian rata-rata, ZTE Axon Mini selalu bisa diandalkan mulai dari pagi hari lepas charger (pagi hari versi saya: pukul tiga dinihari!), hingga malam hari saat tiba kembali ke rumah, sekitar pukul tujuh malam.
Tak istimewa memang daya taha baterainya, namun juga jauh dari boros. Berikut saya tampilkan salah satu pengukuran ketahanan baterai dari ZTE Axon Mini. Sayangnya tak ada layar yang menampilkan Screen-on Time pada MiFavor UI, sehingga Anda para pemuja SoT harus kecewa, he.. he..
Tak istimewa memang daya taha baterainya, namun juga jauh dari boros. Berikut saya tampilkan salah satu pengukuran ketahanan baterai dari ZTE Axon Mini. Sayangnya tak ada layar yang menampilkan Screen-on Time pada MiFavor UI, sehingga Anda para pemuja SoT harus kecewa, he.. he..
Untuk urusan gaming, ZTE Axon Mini tak mempunyai kendala. Mungkin karena game yang saya mainkan masih itu-itu saja: Micro Machines. Penggunaan lebih dari setengah jam membuat bagian belakang smartphone ini mulai terasa agak panas, tetapi tenang saja, panasnya masih batas wajar koq. Belum cukup buat memanggang roti atau menyetrika pakaian.
Tadinya saya berpikiran bahwa smartphone ini akan kuat banget di sisi multimedia dengan adanya dua buah speaker di bagian muka. Sayangnya, saat digunakan bermain game, menonton video, hingga memutar musik, hanya loudspeaker bagian bawah saja yang lantang mengeluarkan suara. Speaker bagian atas tak lebih hanya sebagai earpiece kala menelepon.
ZTE Axon Mini - loudspeaker |
Output audio ZTE Axon Mini pun tak istimewa, bahkan rasanya masih lebih lantang loudspeaker milik ZUK Z2. Untuk membantu mengatur output-nya, ZTE menyediakan fitur software dari Dobly Plus yang cukup memberi pengaruh baik pada kualitas suaranya.
Membahas multimedia tak lengkap rasanya tanpa memasukkan kamera ke dalam perbincangannya. Lanjut ke bagian setelah ini ya, sisi kamera saya bahas khusus di sana.
Kamera ZTE Axon Mini
Gambar yang dihasilkan oleh kamera milik ZTE Axon Mini sebetulnya memiliki saturasi yang natural. Namun, akibat layar Super AMOLED yang sangat vibrant, jadi terlihat vivid waktu dilihat sesaat setelah gambar diambil di smartphone. Oleh karena itu, butuh layar yang lebih netral untuk membandingkan hasilnya dengan gambar dari kamera smartphone lain.Dilihat dari fitur, kamera ZTE Axon Mini terbilang cukup lengkap. Mode manual hadir di sana, dengan pengaturan fokus, shutterspeed atau exposure time, white balance, hingga ISO. Exposure time-nya ada pada range 1/3200 hingga 10 detik. Untuk kamera depannya, ada juga mode beautification yang akan membuat para gadis dan ibu-ibu menyukainya, hehehe.
Pada saat kondisi kurang cahaya, kamera ZTE Axon Mini akan otomatis menggunakan Night Mode yang akan membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk memproses. Hasilnya lebih terang walau rasanya ini hanyalah pengaturan software saja untuk memperlambat rana atau meninggikan ISO. Bagus sih untuk pengguna awam.
Anda dapat melihat langsung pada artikel hasil foto menggunakan kamera dari smartphone ZTE Axon Mini.
Informasi Hardware dan Hasil Benchmark ZTE Axon Mini
Sama seperti pada Vivo V3, saat saya menggunakan berbagai aplikasi untuk mengetahui jeroan dari ZTE Axon Mini, yang keluar adalah informasi bahwa smartphone ini menggunakan processor Snapdragon 615. Namun, jika kita lihat clockspeed-nya yang hanya 1,5 GHz, kita bisa yakin bahwa ini benar menggunakan Snapdragon 616, bukan Snapdragon 615 yang mempunyai clockspeed sedikit lebih tinggi di 1,7 GHz.
Penyebabnya adalah karena kedua processor tersebut rupanya memiliki seri penomoran yang sama, yaitu MSM8939.
About Phone di ZTE Axon Mini
CPU-Z
CPU-X
AIDA 64
Sensor Box for Android
ZTE Axon Mini - kelengkapan sensor |
Antutu Benchmark
sempat crash saat benchmarking, hasilnya jadi nol hahaha! |
ZTE Axon Mini - skor Antutu Benchmark |
Plus dan Minus ZTE Axon Mini
ZTE Axon Mini - hybrid slot! |
Kelebihan ZTE Axon Mini menurut saya adalah:
- Desain yang mendetail, penuh keindahan yang anti mainstream.
- Premium feels and build quality.
- Layar Super AMOLED, surga mata. Apalagi sudah Full HD dengan dimensi 5,2 inci!
- Ergonomis, terkesan tipis, dan ringan. Membuatnya sangat nyaman digenggam.
- Kamera tergolong baik, dengan fitur yang cukup lengkap.
- Menggunakan on-screen button yang saya sukai. Dan bisa disembunyikan untuk memberi ruang lebih pada layar.
- Spesifikasi yang rasanya baik bila dibandingkan dengan harganya saat ini.
Kekurangan ZTE Axon Mini menurut saya adalah:
- Masih ada bagian yang ikut mainstream: hybrid slot!
- Tidak benar-benar dual-speaker, speaker untuk multimedia hanya yang bawah saja.
- Daya tahan baterai agak kurang lama (tidak boros jika mengingat spesifikasi yang harus dihidupi berbanding kapasitas baterainya, namun rasanya masih kurang saja)
- Performa processor Snapdragon 616 kurang mumpuni, saya kembali bertemu lag di aplikasi Instagram seperti dulu.
- Susah didapatkan di Indonesia. Bisa dibeli pada link ZTE Axon di GearBest.com.
Apa Kata Aa tentang ZTE Axon Mini
ZTE Axon Mini - luxurious! |
ZTE Axon Mini bisa jadi alternatif buat Anda yang bosan dengan smartphone yang gitu-gitu lagi. Yang itu lho, yang harus flashing dulu ROM-nya sampai pulangnya malam banget karena mainnya harus jauh-jauh. Karena yang katanya 'mending' itu tak punya layar Super AMOLED di harga dua jutaan Rupiah, hehehe.
Kamera ZTE Axon Mini menjadi salah satu alasan untuk meminang smartphone ini. Di range harga yang sama, cukup sulit juga menemukan smartphone dengan kamera yang memiliki mode manual dengan hasil yang cukup baik. (Oops, saya lupa ada Nubia Z7 Max, haha)
Looks yang lux, layar yang menawan, dan kamera yang baik. Kombinasi yang rasa-rasanya sukar ditolak ya, apalagi bagi para wanita.
Namun, meskipun terlihat elegan dan fashionable, saya yakin masih banyak yang memandang sebelah mata smartphone ini karena merknya ZTE, bukan Apple, Samsung, atau OPPO. Yah, kalau sudah ini alasannya sih memang susah diubah hehe.
Anyway, kalau Anda tertarik memiliki ZTE Axon Mini, Anda dapat membelinya di GearBest melalui link promo phone deals ini ya. Karena melalui promosi ini saja Anda bisa mendapatkannya dengan harga $149.99.
Untuk Anda yang lebih suka menonton, tak lupa saya sertakan review ZTE Axon Mini dalam bentuk video. Selamat menikmati!
Aa, Saya siap maharin hehe
ReplyDeleteBang review elephone s3 dong sama bluboo dual ..harga di aliex 109 dan 140$ ..
ReplyDeleteMas..kamu punya fb ngk?? Yaah sy montanya2....mo beli hp ini d gerbrest dengan free shiping kira2 harganya jadi berapa?? Saat ini sy lihat masih 149$ tapi nanti kalo kena pajak 1jt an gmna??biar ngk kena pajak bisa ngk ya??..atau kena rapi dikit2 ajalah..jgn sejuta..itu sudh bs buat beli 1 hp la gg i..hehe
ReplyDeleteMas..kamu punya fb ngk?? Yaah sy montanya2....mo beli hp ini d gerbrest dengan free shiping kira2 harganya jadi berapa?? Saat ini sy lihat masih 149$ tapi nanti kalo kena pajak 1jt an gmna??biar ngk kena pajak bisa ngk ya??..atau kena rapi dikit2 ajalah..jgn sejuta..itu sudh bs buat beli 1 hp la gg i..hehe
ReplyDeleteA smartphone review can help a person help with the ideas and choices that a phone should have, and these tips will all be valuable to our choosing.
ReplyDeleteفروشگاه اينترنتی
https://www.baneh.com
goodluck