Review Samsung Z2 dengan Tizen OS, Bukan Android Lho!
Adalah Samsung Z2 yang saya pinang untuk memenuhi rasa penasaran saya akan sistem operasi alias OS besutan Samsung yang bernama Tizen OS. Dulu, Samsung pernah merilis beberapa produk ponsel pintar dengan OS buatan sendiri yang bernama Bada OS. Hasilnya, saat ini hanya segelintir orang saja yang masih menyimpan kenangan dengan sistem operasi tersebut. Jejeran Samsung Wave yang berbasis Bada OS nampaknya jeblok di pasaran. Saya pun hanya sempat mencoba unit demo-nya di gerai penjualan ponsel, dan merasa secara tampilan nyaris tak ada beda dengan Android versi termutakhir kala itu, Froyo.
Kali ini, saya putuskan untuk mencoba OS buatan Samsung ini secara langsung. Kebetulan harga yang dipatok untuk Samsung Z2 ini tergolong murah untuk ukuran ponsel Samsung dengan spesifikasi ponsel 4G ber-processor quad-core dan RAM 1GB. Harga resminya adalah Rp899.000,- saja. Dan saya berhasil mengeluarkan uang empat ribu rupiah lebih sedikit, dengan rincian: Rp880.000,- untuk ponselnya, dan Rp15.000,- untuk biaya antar dari Tokopedia yang memanfaatkan layanan Go-Send.
Unboxing Samsung Z2 - Indonesia
Setelah ponsel ini diantar Mamang Gojek yang datang ke kantor, tak menunggu lama saya pun segera melakukan ritual unboxing yang sangat sakral itu. Anda bisa menyaksikan prosesinya pada video berikut ini. Oh ya, jangan lupa berlangganan alias subscribe ke channel saya di Youtube ya, supaya dapat notifikasi kalau saya baru saja mengunggah video baru.Kotak kemasan Samsung Z2 berukuran mungil, namun apa yang didapat di dalam kotak tergolong lengkap jika dibandingkan smartphone lain pada level harga yang disandangnya.
Samsung Z2 - Kotak Penjualan |
Samsung Z2 - Kotak Penjualan, sisi kiri |
Samsung Z2 - Kotak Penjualan, sisi kanan |
Samsung Z2 - Kotak Penjualan, sisi belakang |
Samsung Z2 - Made in Indonesia! |
Samsung Z2 - Kelengkapan dalam Kotak Penjualan |
Satu-satunya yang terasa kurang pada kelengkapan yang didapat dalam kotak penjualan Samsung Z2 adalah kabel data. Ya, charger yang diberikan sudah menyatu dengan kabelnya, mungkin dia tak ingin sering-sering dipisahkan oleh keadaan. Namun akibatnya, jika ingin menyalin data dari ponsel ke komputer, mau tak mau kita harus menyiapkan kabel data terpisah (baca: beli lagi).
Saya sudah tak kaget saat melihat informasi bahwa ponsel pintar buatan Samsung ini dibuat di Indonesia. Seri Galaxy S dan Galaxy Note terbaru saja sudah dibuat di Cikarang koq. Yang membuat saya sedikit terperanjat adalah saat melihat salah satu sisi kotak kemasan Samsung Z2 yang ditempeli stiker berisikan informasi bonus kuota dan perdana Smartfren. I mean, wow, really? Dengan uang sembilan ratus ribuan saja kita sudah dapat smartphone dengan konektifitas 4G selengkap ini? Samsung pula merknya.
Memang Samsung seri Galaxy J juga sudah mendukung frekuensi pita 4G milik Smartfren. Namun, sungguh saya tak berharap banyak pada seri Samsung yang harganya masih memiliki enam digit angka saja, bukan Android pula. Nampaknya Samsung tak hanya memasang strategi harga yang terjangkau agar sistem operasi terbaru mereka dapat diserap pasar luas, dari segi kompatibilitas dengan operator seluler pun mereka genjot. Untuk yang satu ini, saya rasa pantas untuk memberikan pujian buat Samsung.
Kesan Pertama pada Samsung Z2
Samsung Z2 - sisi depan |
Samsung Z2 - sisi belakang |
Samsung Z2 - sisi kiri |
Samsung Z2 - sisi kanan |
Samsung Z2 - sisi bawah |
Samsung Z2 - sisi atas |
Samsung Z2 - dapat esktra backcover |
Jangan ditanya mengenai build quality Samsung Z2 sekokoh apa, hehe... Ya, ada harga ada rupa, ada gula ada semut, ada ubi ada talas, ada budi ada balas, ada Gista ada... Skip!
Samsung Z2 terasa sangat plasticky di tangan. Bagian backcover-nya yang dapat dilepas, mempunyai semacam pola diamond timbul kecil-kecil yang membuatnya tak licin sama sekali dalam genggaman. Dan wow, Anda akan mendapatkan sebuah ekstra backcover dalam paket penjualan Samsung Z2. Yang saya terima memiliki warna emas, sama seperti warna ponselnya, namun bercorak batik Mega Mendung yang konon khas Cirebon. Sejak dari hari pertama, hingga saat artikel ini saya tulis, backcover batik ini selalu saya gunakan karena nampak unik dan cantik.
Layar Samsung Z2 sudah ditempeli dengan plastik antigores, sehingga Anda tak perlu mengeluarkan dana ekstra untuk membeli pelindung layar tambahan. Bahkan saya rasa tak perlu pakai casing segala, berkat harganya yang sangat terjangkau saya bisa membawa smartphone ini tanpa rasa takut akan terluka, eh tergores.
Smartphone ini memiliki bobot yang ringan, namun terasa cukup tebal saat dipegang. Ditambah layarnya yang hanya berdimensi empat inci saja, membuat kesan gemuknya bertambah kental.
Saya mencoba mengingat-ingat smartphone apa yang harganya berimbang dengan Samsung Z2 untuk saya gunakan sebagai perbandingan. Aha, saya lalu teringat pada Smartfren Andromax E2+ yang diproduksi oleh Hisense. Kini harga resminya sebesar Rp999.000,- saja, dan menurut saya Andromax E2+ memiliki build quality yang lebih baik dari Samsung Z2. Pun begitu soal spesifikasi yang dibawa, Andromax E2+ sudah dibekali RAM sebesar 2 GB, memori internal 16 GB, baterai 1.900 mAh, dan autofokus pada kamera. Sayangnya, Andromax E2+ dikunci oleh operator Smartfren sehingga tak bisa mengakses jaringan 4G milik operator lain.
Kembali membahas Samsung Z2, konsekuensi dari harganya yang murah mulai tak terelakkan ketika saya tak dapat menemukan kehadiran LED untuk notifikasi dan penerang tombol kapasitif yang berada di bawah layar. Layar empat inci beresolusi 480 x 800 pixels pada ponsel ini masih menggunakan jenis TFT, yang sayangnya memiliki sudut penglihatan yang sempit. Warna asli sudah tak terlihat jelas lagi saat saya mencoba mengintip layarnya dari arah samping.
Tizen OS pada Samsung Z2
Bagian ini seharusnya menjadi bagian paling menarik pada tulisan ini, mengingat ini adalah kali pertama saya menjajal Tizen OS setelah sekian lama saya selalu melakukan uji pakai pada smartphone dengan sistem operasi Android. Namun sayangnya, saat menggunakan Tizen OS, saya tak merasakan banyak pengalaman baru.
Bisa jadi, Samsung sengaja membuat user experience yang tidak jauh berbeda dari dua sistem operasi mobile yang paling populer saat ini, Android dan iOS, agar pengguna tidak mengalami gegar saat mulai menggunakan ponsel berbasis Tizen. Namun jadinya terasa membosankan bagi saya yang mengharapkan ada terobosan-terobosan baru dari Samsung yang disisipkan pada OS Tizen ini.
Bagaimana dengan sedikit menelusuri screenshot di bawah ini saja? Saya rasa lebih baik Anda tinjau langsung saja daripada membaca penjelasan saya.
Tampilan layar di atas adalah bagian-bagian yang saya nilai paling mirip dengan Android. Jika Anda mencoba membuka Whatsapp dan Instagram, maka Anda yang sehari-hari menggunakan iOS akan merasa familiar.
Jika dibandingkan dengan OS mobile lain (selain Android dan iOS), Tizen OS jadi terasa kurang original. Saya pernah mencoba WebOS dahulu kala, benar-benar memiliki user experience (UX) yang unik, khas, dan intuitif. Bahkan beberapa hal yang dulu sudah ada di WebOS, belakangan ini diadaptasi oleh Android dan iOS, misalnya card navigation untuk task switcher.
Blackberry OS 10 pun masih lebih punya ciri khas dalam penggunaannya meskipun kurang populer. Oh ya, ngomong-ngomong soal Blackberry OS 10, pasti sudah pada tahu bahwa banyak aplikasi di ekosistemnya yang dukungannya dihentikan. Jumlah aplikasi di Blackberry World berkurang cukup drastis, namun pengguna perangkat Blackberry OS 10 masih dapat menggunakan aplikasi Android yang dipasangkan dengan cara menyalin file installer APK dan membukanya.
Nah, di Tizen OS juga jumlah aplikasinya masih sedikit. Jauh lebih banyak games daripada aplikasi yang tersedia di Tizen Store. Anda dapat menemukan aplikasi dari grupnya Facebook (Facebook, Messenger, Whatsapp, Instagram) atau LINE. Tapi sedihnya, saya tak dapat menemukan aplikasi-aplikasi ini saat saya mencoba mencarinya di Tizen Store: Twitter, Path, BBM, dan Chrome.
Beberapa orang menyangka kita akan dapat memasang aplikasi Android pada perangkat berbasis Tizen OS, padahal tidak. Jika kita menyalin file APK dan mencoba membukanya di perangkat Tizen, maka tidak akan berhasil, malah Tizen akan memberitahu bahwa file installer untuk aplikasi di Tizen OS mempunyai ekstensi TPK.
Tapi, jangan sedih dulu. Di Tizen ada yang namanya ACL, yang memberikan semacam layer untuk aplikasi Android dapat berjalan, mirip Adobe AIR lah secara garis besarnya. Aplikasi dan games seperti MX Player dan Angry Birds yang berada di Tizen Store memanfaatkan ACL ini. Tapi, untuk dapat memanfaatkan ACL ini prosesnya tidaklah mudah, developer harus mengirim APK mereka kepada OpenMobile yang menaungi ACL. Nanti OpenMobile inilah yang akan mem-publish aplikasi dari APK tersebut di Tizen Store. Bisa dilihat Angry Birds di Tizen Store tidak dirilis oleh Rovio, melainkan oleh OpenMobile.
Apakah aplikasi-aplikasi lain akan mengikuti menggunakan ACL agar dapat berjalan di Tizen? Saya tak tahu pasti, namun saya lebih berharap para developer dan publisher mau mem-porting sendiri aplikasi mereka agar dapat berjalan secara native di Tizen OS, agar performa dan user experience-nya lebih optimal.
Bagaimana dengan sedikit menelusuri screenshot di bawah ini saja? Saya rasa lebih baik Anda tinjau langsung saja daripada membaca penjelasan saya.
Tampilan layar di atas adalah bagian-bagian yang saya nilai paling mirip dengan Android. Jika Anda mencoba membuka Whatsapp dan Instagram, maka Anda yang sehari-hari menggunakan iOS akan merasa familiar.
Jika dibandingkan dengan OS mobile lain (selain Android dan iOS), Tizen OS jadi terasa kurang original. Saya pernah mencoba WebOS dahulu kala, benar-benar memiliki user experience (UX) yang unik, khas, dan intuitif. Bahkan beberapa hal yang dulu sudah ada di WebOS, belakangan ini diadaptasi oleh Android dan iOS, misalnya card navigation untuk task switcher.
Blackberry OS 10 pun masih lebih punya ciri khas dalam penggunaannya meskipun kurang populer. Oh ya, ngomong-ngomong soal Blackberry OS 10, pasti sudah pada tahu bahwa banyak aplikasi di ekosistemnya yang dukungannya dihentikan. Jumlah aplikasi di Blackberry World berkurang cukup drastis, namun pengguna perangkat Blackberry OS 10 masih dapat menggunakan aplikasi Android yang dipasangkan dengan cara menyalin file installer APK dan membukanya.
Nah, di Tizen OS juga jumlah aplikasinya masih sedikit. Jauh lebih banyak games daripada aplikasi yang tersedia di Tizen Store. Anda dapat menemukan aplikasi dari grupnya Facebook (Facebook, Messenger, Whatsapp, Instagram) atau LINE. Tapi sedihnya, saya tak dapat menemukan aplikasi-aplikasi ini saat saya mencoba mencarinya di Tizen Store: Twitter, Path, BBM, dan Chrome.
Beberapa orang menyangka kita akan dapat memasang aplikasi Android pada perangkat berbasis Tizen OS, padahal tidak. Jika kita menyalin file APK dan mencoba membukanya di perangkat Tizen, maka tidak akan berhasil, malah Tizen akan memberitahu bahwa file installer untuk aplikasi di Tizen OS mempunyai ekstensi TPK.
Tapi, jangan sedih dulu. Di Tizen ada yang namanya ACL, yang memberikan semacam layer untuk aplikasi Android dapat berjalan, mirip Adobe AIR lah secara garis besarnya. Aplikasi dan games seperti MX Player dan Angry Birds yang berada di Tizen Store memanfaatkan ACL ini. Tapi, untuk dapat memanfaatkan ACL ini prosesnya tidaklah mudah, developer harus mengirim APK mereka kepada OpenMobile yang menaungi ACL. Nanti OpenMobile inilah yang akan mem-publish aplikasi dari APK tersebut di Tizen Store. Bisa dilihat Angry Birds di Tizen Store tidak dirilis oleh Rovio, melainkan oleh OpenMobile.
Apakah aplikasi-aplikasi lain akan mengikuti menggunakan ACL agar dapat berjalan di Tizen? Saya tak tahu pasti, namun saya lebih berharap para developer dan publisher mau mem-porting sendiri aplikasi mereka agar dapat berjalan secara native di Tizen OS, agar performa dan user experience-nya lebih optimal.
Samsung Z2 dalam Penggunaan Sehari-hari
Dalam rangka menguji performa Samsung Z2, saya sudah pasangkan aplikasi-aplikasi sosial media seperti Whatsapp dan Instagram. Kesan pertama sih OK, semua notifikasi masuk secara realtime. Ketika ada notifikasi masuk, selain bunyinya dapat kita dengar, layar juga akan menyala untuk membuat kita ngeh akan notifikasi ini. Maklum, Samsung tidak cukup dermawan untuk menghadiahkan LED notification pada ponsel yang harganya di bawah satu juta seperti ini. Eh, harga Samsung Galaxy A5 2016 di atas empat juta deh, tapi koq tak diberi LED notification juga ya? Mungkinkah harga komponen itu sudah lima juta Rupiah sendiri ya, hehehe.
Instagram di Tizen OS sangatlah rajin, setiap ada likes yang kita terima pada post kita, maka sebuah notifikasi akan muncul. Masalah muncul ketika yang memberi likes dalam satu menit jumlahnya puluhan, sedikit-sedikit bunyi, sedikit-sedikit layar menyala. Suatu hari saya pernah coba matikan koneksi datanya agar notifikasi tidak mengganggu. Hasilnya, pada saat saya nyalakan kembali, Samsung Z2 ini tak hentinya mengeluarkan suara notifikasi selama sekitar setengah menit. Banjir notifikasi!
Samsung Z2 - Baterai berkapasitas 1.500 mAh |
Untungnya, notifikasinya yang realtime tak memberatkan bagi daya tahan baterai Samsung Z2 yang hanya berkapasitas 1.500 mAh. Dalam beberapa kali pengujian, Samsung Z2 selalu mampu menembus waktu 24 jam alias sehari semalam. Memang sih selama pengujian, smartphone ini tak menjadi daily driver saya karena banyaknya aplikasi yang saya butuhkan tak tersedia, namun saya selalu menyalakan jaringan 4G, tak terhubung dengan wifi, dan banyak notifikasi yang masuk. Di satu kesempatan bahkan pernah menembus 48 jam dalam satu kali pengisian daya saja. Apakah ini awal yang menjanjikan dari Tizen OS? Notifikasi yang tepat waktu namun baterainya mampu bertahan lama? Semoga saja ya!
Berbicara soal multitasking, Tizen OS pada Samsung Z2 sudah mampu mengakomodasi banyak aplikasi berjalan sekaligus. Untuk masuk ke task switcher, tekan dan tahan tombol home, maka kita akan disajikan untaian ikon dan nama aplikasi yang berjalan di memory. Untuk berpindah antara dua aplikasi terakhir yang kita buka, cukup sapukan jari dari bagian bawah layar ke atas. Saya sendiri saat mencobanya tak selalu berhasil, mungkin tingkat keberhasilan saya saat menyapukan jari ini hanya sekitar 40% lah.
Yang mengejutkan justru datang dari performa Samsung Z2 saat diajak memainkan game dengan grafis 3D yang berat, Asphalt 8. Ini versi Asphalt 8 yang sama besar dengan di Android lho, saat pertama dijalankan saja game ini akan mengunduh data sebesar lebih dari 1 GB. Anda dapat menyaksikannya langsung pada video Instagram berikut ini. Sekalian follow Instagram saya juga boleh hehe.
Dengan RAM yang hanya sebesar 1 GB saja, namun dapat memainkan game berat begitu, apakah ini membuat performa Tizen OS semakin menjanjikan? Saya berharap Samsung mau merilis perangkat Tizen dengan RAM 2 GB dan layar Full HD, serta aplikasi yang lebih banyak agar saya bisa bandingkan performanya head-to-head dengan perangkat berbasis Android.
Sisanya banyak sekali user experience Tizen OS yang kurang bisa dinikmati pada Samsung Z2 ini hanya karena alasan layar yang terlalu kecil dan kualitasnya rendah.
Hasil Kamera Samsung Z2
Dengan kamera yang berjuang sendirian tanpa ditemani autofokus, hasil foto menggunakan kamera Samsung Z2 dipastikan tak bisa optimal. Anda haruslah berada pada kondisi cahaya sangat cukup agar hasil kameranya masih bisa masuk kategori usable.
Untuk selfie, kalo masalah terang sih terang. Tapi noise dan resolusi VGA yang sangat rendah bisa jadi membuat Anda mengurungkan niat untuk mengunggah foto selfie Anda ke media sosial. Hasil lengkap foto kamera Samsung Z2 bisa dilihat pada link di paragraf pertama bagian ini ya.
Plus Minus Samsung Z2
Kelebihan Samsung Z2:
- Harga yang sangat terjangkau.
- Spesifikasi yang sangat tidak overprice dalam definisi Samsung.
- Sudah 4G, dan mendukung jaringan Smartfren (selain jaringan operator GSM).
- Dukungan VoLTE.
- Dukungan USB OTG.
- Lincah diajak bermain game berat.
- Daya tahan baterai cukup optimal.
- Notifikasi yang on-time.
- Isi paket penjualan cukup lengkap dengan adanya headset dan backcover cadangan.
- Dual-sim dengan slot micro-SD terpisah.
Kekurangan Samsung Z2:
- Layar tak bersahabat dengan mata.
- Dukungan aplikasi yang masih minim di Tizen Store.
- Tidak ada LED untuk notifikasi dan latar tombol kapasitif.
- Notifikasi yang on-time, kadang mengganggu sekali. Akibat tak ada LED notifikasi, layar sering menyala saat ada notifikasi.
- Tak disertakannya kabel data terpisah dalam paket penjualan.
- Kamera tanpa autofokus, dan hasilnya kurang dapat diandalkan.
- Bukan Android.
Apa Kata Aa tentang Samsung Z2
Saatnya membuat kesimpulan, seandainya kita hanya berfokus pada sisi performa Tizen OS saja, saya rasa sistem operasi besutan Samsung ini punya masa depan cerah mengingat dengan perangkat kelas bawah seperti ini saja, fungsi gaming dan daya tahan baterai dapat dipenuhi dengan baik. Pekerjaan rumah Samsung tak lain dan tak bukan adalah meneruskan campaign ke para developer aplikasi agar mau membuat aplikasi mereka berjalan di Tizen OS.
Namun, jika berbicara tentang sebuah smartphone secara keseluruhan, Samsung Z2 memiliki banyak bopeng di sana-sini. Bopeng yang seharusnya memang dimaklumi jika melihat harga yang ditawarkan di bawah satu juta Rupiah saja.
Dengan kekurangan terbesar pada sisi spesifikasi fisik layar dan kamera, serta belum banyaknya orang yang mau merelakan kenikmatan yang mereka sudah dapatkan pada perangkat Android atau iOS, menurut saya Samsung akan banyak bergantung kepada konsumen pemula yang memang baru akan berpindah dari feature phone, atau budget-nya masih terbatas. Di sinilah kekuatan Samsung, brand image yang sudah menancap baik ditambah promosi yang cukup gencar di televisi, tepat menyasar pada segmen pengguna ini.
Biasanya, orang dengan budget terbatas, akan memaksakan diri membeli smartphone dengan merk yang sudah terkenal, dengan alasan supaya tidak cepat rusak, atau kalaupun rusak maka mudah menemukan tempat service-nya. Untuk alasan ini pula Samsung sudah berada di posisi yang tepat.
Saya tidak punya data yang cukup untuk melakukan analisis, jadi ini mah hanya prediksi dan feeling saja sih, Samsung Z2 akan laris manis di kalangan pengguna pemula. Dan semoga ini cukup membuat Samsung pede untuk merilis perangkat Tizen OS dengan spesifikasi lebih mumpuni, dan mampu menarik minat banyak developer aplikasi untuk mencicipi manisnya ekosistem Tizen OS. Namun semoga ini nanti tak membuat Samsung mematok harga yang tinggi layaknya perangkat Android mereka ya.
Patutkah Anda memiliki Samsung Z2? Jika hanya untuk ponsel kedua, untuk nelpon, sms, dan tethering saja, menurut saya why not?
Patutkah Anda memiliki Samsung Z2? Jika hanya untuk ponsel kedua, untuk nelpon, sms, dan tethering saja, menurut saya why not?
Mau tanya min, samsung z2 saya kenapa kalau layar lock atau mati notif whatsapp gk muncul yah? Tau sebabnya ?
ReplyDeleteMau tanya min, samsung z2 saya kenapa kalau layar lock atau mati notif whatsapp gk muncul yah? Tau sebabnya ?
ReplyDeleteBisa dijadikan hotspot gk y?
ReplyDeleteThx
perkembangannya lambat sangat.. :(
ReplyDeletesesekali pengen replace os di samsung z2 pake android
Mau nanya KMP sering putus koneksi WiFi?
ReplyDeletekontak wa saya kok jd aneh ya? tdk sinkron dgn kontak dari email yg sdh diset. kmd, saya kesulitan menghapus kontak secara langs dari aplikasi wa. apa ada yg terlewatkan oleh saya? tks
ReplyDeleteMau nanya min kpn pas tethering pake usb cable kok g muncul notif dan g konek giliran transfer data komputer dia konek
ReplyDelete