Quick Review Le Eco Le 2 X527 Indonesia
Ini adalah pengalaman pertama saya mencoba smartphone dari brand Le Eco yang dulu bernama LeTV. Terima kasih GearBest karena sudah mengirimkan produk ini untuk saya uji.
Mungkin sudah pada tahu ya bahwa kesan pertama saya saat unboxing hape ini adalah product packaging-nya terasa sekali mewah. Saya tak tahu sih apakah semewah seri flagship-nya Samsung semacam S7 Edge atau tidak, karena saya sendiri belum pernah punya. Anda yang belum menyaksikan prosesi unboxing smartphone ini dapat melihatnya pada video di bawah ini:
Impresi ini berlanjut saat jemari saya menelusuri bagian-per-bagian dari ponsel Le Eco Le 2 X527 ini. Bahan metal yang digunakan memang terasa premium, namun ada satu bagian lagi yang sangat saya rasakan premium, yaitu kaca pada layarnya yang sangat lembut di jari.
Layar dari Le 2 ini bagai dua sisi mata uang, yang saling bertolak belakang. Dari segi feels di tangan, serta kualitas panel display-nya sih kece banget, warnanya secerah layar Xiaomi Mi 5 lah kurang lebih. Namun, seperti Mi 5 juga, layar Le 2 ini menganut penipuan berencana, alias nampak bezelless saat mati, tetapi baru terlihat frame hitamnya cukup tebal saat layar menyala. Saya jadi bingung, harus suka atau tidak dengan layar Le 2 ini. Bagaimana dengan Anda?
'bezelless' |
masih 'bezelless' |
taraaa! |
Nah, kalau layar seperti Mi 5, untuk urusan audio, Le 2 mengikuti jejak iPhone 7. Alias menghilangkan port audio 3,5 mm. Meskipun pada paket penjualannya sudah disertakan konverter ke USB type-C, namun rasanya ini masih menjadi nilai minus.
Beralih ke dapur pacunya, Le 2 boleh berbangga diri karena sudah memiliki processor yang setara dengan LG G5, tapi yang versi sunat edition ya.
Ya, Le 2 versi global ini diotaki oleh Snapdragon 652 yang memiliki delapan inti yang cukup powerful, sehingga menghasilkan skor Antutu 80.000-an (Le 2 versi pasar China menggunakan Mediatek Helio X20).
Namun, yang membuat saya heran, dengan skor setinggi itu, smartphone ini malah mengalami frameskip saat digunakan bermain game dengan genre platformer yang sebetulnya grafisnya tidak berat-berat amat. Sebaliknya malah lancar saat digunakan bermain game balapan dengan grafis 3D yang lumayan detail.
Dalam keseharian saya, tidak pernah ada masalah dengan multitasking yang saya lakukan menggunakan ponsel ini. RAM-nya yang sudah 3 GB nampaknya cukup membantu agar perpindahan antar aplikasi dapat terjadi dengan smooth.
OS-nya sendiri masih menggunakan Android 6.0 Marshmallow yang dibungkus dengan custom UI bernama EUI. Saya merasa EUI ini sebagai sebuah penyegaran di antara berbagai custom UI yang lumrah kita temui pada ponsel Tiongkok. Termasuk tampilan toggles yang digabungkan dengan layar recent apps, yang walaupun menurut saya bagus, tetapi butuh waktu membiasakannya.
Mentang-mentang dulunya adalah produsen TV, Le Eco menyediakan juga infrared blaster pada produknya ini. Lengkap dengan aplikasi remote control, dan juga sebuah aplikasi bernama Live yang berisi channel-channel live streaming beberapa TV.
Fingerprint scanner yang dimiliki oleh Le 2 berada di bagian punggung dan menggunakan material kaca. Satu lagi hal yang baru saya dapati pada produk dari Le Eco saja. Kecepatannya terbilang baik, walau masih kalah dengan pemindai sidik jari milik Huawei G9 kemarin. Satu kelebihannya, sensor ini juga dapat difungsikan sebagai shutter camera.
Nah, berbicara soal kamera, saya merasa kamera dari Le 2 ini biasa saja. Maksud saya, kualitas hasil fotonya sih cukup baik, resolusinya pun cukup besar yaitu 16 dan 8 Megapixels. Namun fitur yang dimiliki oleh aplikasi kameranya standar sekali. Satu lagi yang agak mengganjal adalah proses autofokus yang sering meleset padahal pada kondisi cukup cahaya. Kalau hasil fotonya sih, silakan dinilai sendiri pada gambar-gambar pada artikel review hasil kamera Le Eco Le 2 berikut ini ya.
Satu kelebihan lain dari Le 2 ini adalah kemampuan fast charging-nya yang dapat menerima arus hampir 3A pada tegangan 6,5 volt. Sehingga proses pengisian daya untuk baterainya yang berkapasitas 3.000 mAh dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 jam saja. Daya tahan baterainya sendiri terbilang rata-rata. Dengan pola pemakaian ala saya, daya tahannya berkisar antara 18-23 jam saja.
Oh ya, hampir lupa. Ada satu hal lagi yang membuat Le 2 mirip dengan produk Xiaomi. Ya, smartphone ini juga memiliki ROM abal-abal. Untungnya Le 2 mirip dengan Nubia Z11 Mini S yang tak mengunci bootloader-nya sehingga bisa saya ganti ke ROM asli dengan mudah.
Banyak sekali yang menyayangkan mengapa Le Eco menghilangkan port audio pada Le 2, padahal smartphone ini masih memiliki ketebalan yang sebetulnya cukup untuk menempatkan port tersebut. Bahkan sebetulnya harus saya tambahkan, dengan ketebalan dan dimensi sebesar ini, harusnya kapasitas baterainya juga lebih besar lagi, 4.000 mAh lah minimal.
Sebagai penutup, seperti biasa sebuah produk tentunya memiliki plus dan minus. Anda tentunya dapat memilah mana saja kelebihan dan kekurangan dari Le 2 yang sudah saya sebutkan tadi. Jika memang cocok dan sesuai dengan kebutuhan Anda, Le Eco Le 2 ini tersedia dengan harga $159.99 saja di GearBest.
Comments
Post a Comment