Review Infinix S2 Pro Indonesia
Pertarungan berat akan dihadapi Infinix saat memasarkan S2 Pro karena beberapa waktu sebelumnya, pesaing-pesaing mereka sudah lebih dulu merilis produk-produk terbaru yang akan berhadapan langsung dengan smartphone ini. Ada yang saling berhadapan untuk mengadu kamera selfie gandanya walau berada di level harga berbeda, ada juga lawan yang harus dihadapi Infinix S2 Pro di level harga yang hampir sama, namun mengedepankan spesifikasi jeroan yang di atas kertas lebih mutakhir, meski tak mengedepankan masalah kamera.
Terlepas dari masalah persaingan, saya merasa Infinix cukup percaya diri ketika melepaskan embel-embel seri Hot dan merilis smartphone penerus Infinix Hot S ini sebagai Infinix S2 Pro pada harga dua setengah juta Rupiah kurang lima puluh ribu. Padahal konon katanya tak banyak yang berubah dari Infinix Hot S, bahkan processor yang digunakan pun masih sama. Hmm..
Dengan segala pro dan kontra terhadap penerus dari Infinix Hot S ini, saya beruntung karena tak perlu merogoh kocek untuk membelinya. Saya mendapatkan pinjaman sebuah Infinix S2 Pro dari Lazada untuk saya ulas.
Unboxing dan Hands-on Infinix S2 Pro Indonesia
Saat pertama membuka kotaknya, saya langsung notice kalau kaca depannya memiliki tepian yang melengkung. Makin cantik saja, dan memang harus begitu, karena sisi depan dari Infinix S2 Pro adalah pertunjukan utama dari ponsel ini.
Di bagian atas kita akan melihat ada dua buah lensa kamera dengan ukuran yang berbeda. Lensa yang lebih besar adalah lensa wide yang lebih cembung sehingga dapat mengambil gambar dengan sudut yang jauh lebih luas dari lensa normal. Saya menyukai desain dari earpiece yang bersebelahan dengan proximity sensor pada ponsel ini. Dan untunglah, kali ini Infinix sudah memberikan LED notifikasi pada S2 Pro.
Turun sedikit, kita akan menemukan layar HD 720p yang masih berdimensi 5,2 inci dengan panel IPS. Meski ukuran dan resolusinya tetap sama, nampaknya panel yang digunakan sudah lain. Saya menilai layar S2 Pro setingkat lebih baik dari Infinix Hot S dalam hal reproduksi warna yang semakin vibrant. Untuk urusan layar, saya yakin tidak ada kendala yang akan kita temui, termasuk feels saat digunakan mengetik cepat yang sangat enak.
Turun lagi ke bawah, ada tiga buah tombol kapasitif dengan ikon titik saja yang masih tanpa lampu latar. Saya kasih saran buat Infinix, sekalian hilangkan saja tombolnya dan gunakan on-screen navigation kayaknya lebih baik deh. Bukankah Infinix Note series sudah mengusung navigasi macam ini?
Frame pada sekeliling pinggiran ponsel ini terlihat seperti berbahan logam, padahal bukan. Dua buah list chrome hadir untuk memberi kesan seakan ponsel ini memiliki chamfered metal. Di bagian bawah terdapat sepasang speaker grille yang salah satunya untuk mikrofon, dan port micro-USB. Di sisi kanan terdapat sim-tray dan tombol power, sementara volume rocker dipindahkan ke sisi kiri. Di bagian atas hanya terdapat port untuk jack audio 3,5 mm.
Terakhir kita bahas sisi belakang yang tak saya favoritkan ini. Penampakannya terlihat seperti ponsel dari brand lain sih. Menurut saya, Infinix Hot S malah lebih terlihat orisinil. S2 Pro memiliki dua list chrome tipis di atas dan bawah backcover yang memisahkan bagian yang terbuat dari logam dengan bagian plastiknya. Susunan kamera, dual LED flash, dan fingerprint scanner-nya benar-benar mengingatkan pada Xiaomi Redmi Note 4. Dan LED flash-nya walau ada dua buah, tetapi memiliki nada warna yang sama. Sementara ukuran fingerprint scanner-nya terasa agak sedikit kecil, sama seperti yang dulu saya temui pada Infinix Hot S. Untunglah pemindai sidik jari ini memiliki cukup akurat dengan kecepatan yang sangat baik.
Infinix S2 Pro dalam Pemakaian Sehari-hari
Rasanya sama sekali tak ada yang salah saat menggunakan Infinix S2 Pro sebagai daily driver saya selama beberapa hari. Mungkin karena dari awal sudah sadar diri bahwa ponsel terbaru Infinix ini masih mengusung processor yang sama dengan produk pertama Infinix yang saya coba dua tahun lalu.
Ya, Infinix masih saja setia dengan Mediatek MT6753. Saya tak tahu pasti alasannya, apakah karena sudah kadung beli banyak dari Mediatek, atau demi memudahkan developer mereka mengembangkan custom UI terbaru Infinix, XOS yang sudah sampai versi 2.2. Nampaknya alasan yang kedua lebih masuk akal, karena beberapa hari setelah unboxing, saya mendapat notifikasi update ke Android 7.0 Nougat secara OTA, walau kemudian sempat gagal download dan saya lanjutkan update dari file lokal, atau yang biasa diistilahkan oleh Infinix sebagai T-card update.
Sejauh yang saya telah coba, Android Nougat berjalan dengan baik di Infinix S2 Pro. Menjalankan aplikasi-aplikasi terasa snappy, termasuk saat harus melakukan multitasking. Dalam kondisi idle, RAM yang terpakai mencapai setengah dari total 3 GB RAM yang dimiliki ponsel ini. Pada task switcher, Infinix masih melanjutkan kebiasaannya dengan menampilkan jumlah RAM terpakai, bukan RAM yang tersedia seperti kebanyakan ponsel lainnya.
Diajak bermain game casual, tak ada kendala yang saya temui pada Infinix S2 Pro. Pun saat diajak bermain game dengan grafis 3D yang memerlukan respon yang realtime semacam game balap dan endless run, masih smooth. Saya tak mencoba meng-install game berat yang ukurannya bergiga-giga, karena selain sadar akan kelas dari smartphone ini, sayang kuota juga sih, hehehe.
Soal suhu, Infinix S2 Pro juga relatif tak mudah panas. Tapi ngga tau deh kalo dia liat mantannya jalan sama pacar baru, panas juga kali ya, bwahaha!
Konsumi daya baterai dari Infinix S2 Pro tergolong biasa saja. Kapasitas 3.000 mAh dari baterainya sanggup mentenagai ponsel ini dari pagi hingga malam. Namun sejauh pemakaan saya, belum pernah menembus 24 jam dalam sekali pengisian daya. Tanpa dukungan fast charging, kita bisa mengisi penuh baterainya dalam waktu sekitar dua jam.
Urusan multimedia, Infinix S2 Pro bisa dibilang biasa-biasa saja. Suara loudspeaker-nya tergolong lumayan, tapi tidak istimewa. Bahkan agak disayangkan, S2 Pro justru tak bisa mendendangkan suara secara stereo seperti pada Infinix Hot 4 Pro, di mana bunyi keluar dari loudspeaker dan earpiece secara bersamaan. Paling tidak, pada volume terkencang pun, suara yang dihasilkan tidak sember, jadi masih sangat bisa dinikmati lah kalau memang Anda tak punya bluetooth speaker.
Fingerprint scanner yang dimiliki Infinix S2 Pro rasanya berukuran sama dengan milik Hot S dulu, dan ini menurut saya ukurannya sedikit kurang lega. Untungnya, akurasinya sangat baik serta responsif. Membuka layar dapat dilakukan dengan instan. Sensor ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tombol shutter saat hendak mengambil foto.
Kamera Infinix S2 Pro
Meskipun lebih mengedepankan urusan selfie rame-rame, rupanya Infinix tak melupakan kualitas dari kamera utama Infinix S2 Pro ini. Saya sampai takjub saat suatu malam di penghujung akhir pekan, saya sekeluarga pergi makan di kedai tak jauh dari komplek rumah. Dalam kondisi cahaya yang cukup pas-pasan, kamera Infinix S2 Pro mampu memproduksi hasil foto makanan yang detail tanpa noise yang mudah terlihat.
Saat kondisi cahaya cukup mah sudah jelas atuh, pasti lebih baik lagi. Namun tak hanya itu, autofokusnya pun tergolong cepat serta memiliki jarak fokus minimal yang cukup dekat untuk dapat digunakan memotret detail bunga misalnya.
Digunakan merekam video pun, kamera utama Infinix yang beresolusi 13 Megapixels ini mampu menghasilkan video dengan kombinasi warna yang hidup. Tapi... Ada tapinya, kamera ini hadir tanpa bantuan stabilization apa-apa, sehingga gerakan sang perekam akan membuat hasil videonya terlihat goyang.
Absennya stabilization ini berpengaruh juga pada hasil fotonya, saya sarankan Anda mengambil foto dengan kedua tangan jika tak terbiasa. Saya beberapa kali mendapati foto agak kabur saat satu tangan digunakan memegang objek, dan satu tangan lagi menekan tombol shutter di layar Infinix S2 Pro. Kekurangannya sepertinya hanya ini saja sih.
Kamera depannya setali tiga uang, hasilnya juga sangat baik, termasuk di kondisi lowlight. Detail masih dapat ditunjukkan tanpa menghasilkan banyak noise.
Lensa ganda pada Infinix S2 Pro bukan dihadirkan untuk menghasilkan selfie yang bokeh. Kedua lensa depan ini beroperasi secara terpisah, di mana satu lensa menghasilkan foto normal, dan lensa lain yang lebih cembung akan menghasilkan foto yang jauh lebih lebar.
Saat kondisi cahaya cukup mah sudah jelas atuh, pasti lebih baik lagi. Namun tak hanya itu, autofokusnya pun tergolong cepat serta memiliki jarak fokus minimal yang cukup dekat untuk dapat digunakan memotret detail bunga misalnya.
Digunakan merekam video pun, kamera utama Infinix yang beresolusi 13 Megapixels ini mampu menghasilkan video dengan kombinasi warna yang hidup. Tapi... Ada tapinya, kamera ini hadir tanpa bantuan stabilization apa-apa, sehingga gerakan sang perekam akan membuat hasil videonya terlihat goyang.
Absennya stabilization ini berpengaruh juga pada hasil fotonya, saya sarankan Anda mengambil foto dengan kedua tangan jika tak terbiasa. Saya beberapa kali mendapati foto agak kabur saat satu tangan digunakan memegang objek, dan satu tangan lagi menekan tombol shutter di layar Infinix S2 Pro. Kekurangannya sepertinya hanya ini saja sih.
Kamera depannya setali tiga uang, hasilnya juga sangat baik, termasuk di kondisi lowlight. Detail masih dapat ditunjukkan tanpa menghasilkan banyak noise.
Lensa ganda pada Infinix S2 Pro bukan dihadirkan untuk menghasilkan selfie yang bokeh. Kedua lensa depan ini beroperasi secara terpisah, di mana satu lensa menghasilkan foto normal, dan lensa lain yang lebih cembung akan menghasilkan foto yang jauh lebih lebar.
Mode professional yang lengkap hadir pada aplikasi kamera bawaannya, namun tak banyak mode dan fitur lain yang bisa kita gunakan.
Seberapa baik hasil foto dari ponsel dua jutaan ini? Silakan cek langsung di artikel review kamera Infinix S2 Pro ini ya.
Apa Kata Aa tentang Infinix S2 Pro
Saya yakin, begitu Anda mengetahui harga Infinix S2 Pro yang 2,4-jutaan Rupiah, setidaknya akan ada dua reaksi yang sangat mungkin Anda lontarkan.
Pertama, wow Infinix berani juga yah pasang harga, padahal jeroannya gitu-gitu juga. Emang lensa wide semahal itukah?
Kedua, ya mending hape merk anu yang sekarang sudah resmi dong, harga 11-12 tapi udah pake Snapdragon 625 yang terkenal irit gitu lho!
Well, saya tak bisa menyalahkan jika Anda melontarkan salah satu atau bahkan kedua reaksi tersebut. Karena faktanya memang ya, Infinix cukup berani pasang harga untuk produk terbarunya ini. Dan benar juga, saya suka dengan smartphone yang menggunakan processor Snapdragon 625.
Sekarang kita lihat sedikit dari sisi lain, model bisnis Infinix sedang berubah, mereka mulai menggarap pasar offline. Selain butuh biaya untuk marketing yang lebih besar, sehingga membuat standar harga smartphone mereka agak meningkat, perlu dicermati bahwa pasar offline tidak terlalu peka dengan spesifikasi jeroan sampai begitu detail.
Serius deh, orang yang beli hape dengan datang ke mall, atau counter hape, dikasi liat hape dengan kamera yang hasilnya bagus, apalagi bisa selfie rame-rame, pasti akan tertarik. Spesifikasi? Kalau dibilang ponsel ini sudah octa-core, RAM-nya 3 GB dan internal 32 GB juga mungkin mereka takkan tahu apa bedanya dengan octa-core dari vendor lain. Boro-boro nanya sampe ke fabrikasinya berapa nm, haha.
Karena kalau untuk kebutuhan foto-foto dan eksis di social media, Infinix S2 Pro sudah cukup banget. Baru akan terasa kurang mumpuni kalau Anda adalah pengguna smartphone dengan kebutuhan gaming berat, ya karena selain processornya sudah lawas, ketahanan baterainya juga akan terasa kurang kalau buat gamer mah.
Seharusnya Infinix menyasar konsumen wanita dengan kelebihan yang dimiliki oleh Infinix S2 Pro, tetapi entah kenapa mereka malah memilih untuk menjual dua varian warna saja di Indonesia, yaitu hitam dan biru. Padahal dari total lima pilihan warna, ada dua warna yang cukup feminim, yaitu gold dan rose gold.
Nah, sudah tau kan siapa yang akan puas kalau pakai Infinix S2 Pro dan siapa yang mungkin sebaiknya cari alternatif lain? Ok, kalo gitu gimana kalau habis ini ga usah flaming dengan bilang mending ini lah, mending itu lah, ini mah jelek lah, harga segini masa begitu. Ada pepatah Sunda yang bilang, "wantun galeuh, teu wantun ulah geuleuh".
Kalau cocok ya beli, ga cocok ya sudah tak usah ribut. Indonesia ngga butuh debat kusir lainnya koq, rasanya sudah terlalu banyak deh. Ok, be nice to others ya guys!
Demikian review dari Infinix S2 Pro, semoga mencerahkan. Wassalam!
Pertama, wow Infinix berani juga yah pasang harga, padahal jeroannya gitu-gitu juga. Emang lensa wide semahal itukah?
Kedua, ya mending hape merk anu yang sekarang sudah resmi dong, harga 11-12 tapi udah pake Snapdragon 625 yang terkenal irit gitu lho!
Well, saya tak bisa menyalahkan jika Anda melontarkan salah satu atau bahkan kedua reaksi tersebut. Karena faktanya memang ya, Infinix cukup berani pasang harga untuk produk terbarunya ini. Dan benar juga, saya suka dengan smartphone yang menggunakan processor Snapdragon 625.
Sekarang kita lihat sedikit dari sisi lain, model bisnis Infinix sedang berubah, mereka mulai menggarap pasar offline. Selain butuh biaya untuk marketing yang lebih besar, sehingga membuat standar harga smartphone mereka agak meningkat, perlu dicermati bahwa pasar offline tidak terlalu peka dengan spesifikasi jeroan sampai begitu detail.
Serius deh, orang yang beli hape dengan datang ke mall, atau counter hape, dikasi liat hape dengan kamera yang hasilnya bagus, apalagi bisa selfie rame-rame, pasti akan tertarik. Spesifikasi? Kalau dibilang ponsel ini sudah octa-core, RAM-nya 3 GB dan internal 32 GB juga mungkin mereka takkan tahu apa bedanya dengan octa-core dari vendor lain. Boro-boro nanya sampe ke fabrikasinya berapa nm, haha.
Karena kalau untuk kebutuhan foto-foto dan eksis di social media, Infinix S2 Pro sudah cukup banget. Baru akan terasa kurang mumpuni kalau Anda adalah pengguna smartphone dengan kebutuhan gaming berat, ya karena selain processornya sudah lawas, ketahanan baterainya juga akan terasa kurang kalau buat gamer mah.
Seharusnya Infinix menyasar konsumen wanita dengan kelebihan yang dimiliki oleh Infinix S2 Pro, tetapi entah kenapa mereka malah memilih untuk menjual dua varian warna saja di Indonesia, yaitu hitam dan biru. Padahal dari total lima pilihan warna, ada dua warna yang cukup feminim, yaitu gold dan rose gold.
Nah, sudah tau kan siapa yang akan puas kalau pakai Infinix S2 Pro dan siapa yang mungkin sebaiknya cari alternatif lain? Ok, kalo gitu gimana kalau habis ini ga usah flaming dengan bilang mending ini lah, mending itu lah, ini mah jelek lah, harga segini masa begitu. Ada pepatah Sunda yang bilang, "wantun galeuh, teu wantun ulah geuleuh".
Kalau cocok ya beli, ga cocok ya sudah tak usah ribut. Indonesia ngga butuh debat kusir lainnya koq, rasanya sudah terlalu banyak deh. Ok, be nice to others ya guys!
Demikian review dari Infinix S2 Pro, semoga mencerahkan. Wassalam!
Saya dapet hp ini di lazada harga nya cuman 1.6 min mantep banget dah dari kamera, ram, rom lega tampilan depan nya jga keren poko nya mantep badai
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebisa ngasih link untuk download offline Infinix sebagai T-card update ?
ReplyDeletekrn notif OTA masih belum ada.
terimakasih jika berkenan membantu
Speaker bawah emang cuma sebelah kiri ya? Atau punya ane mati sebelah?
ReplyDeleteBang hp infinix S2 ku restart sndiri Lo kalo nyalain data atau make WiFi.. itu masalah apa ya
ReplyDelete