Review ASUS Zenfone Max Pro M2 ZB631KL, Formula Yang Tepat!
ASUS nampaknya sudah menemukan formula yang tepat tentang produk apa yang harus dijual di Indonesia, dan bagaimana cara menjualnya.
Ya, Indonesia adalah pasa penting untuk masalah smartphone, dan nampaknya ASUS tak ingin kehilangan bagian kue miliknya di sini.
Maksud saya, lihat bagaimana dulu seri Zenfone 4 tidak terlalu bersinar di sini, karena fokusnya ke selfie.
Dan sejak Zenfone Max Pro M1, ketika ASUS membuat produk dengan spec to price comparison yang memikat, tinggal menunggu waktu saja untuk brand ini merangsek ke posisi klasemen bagian atas liga smartphone Indonesia, hehe.
Ya, sejak M1, diikuti Zenfone 5 dan 5z, ASUS terus mendapatkan highlight positif, termasuk dari saya. Okelah, Zenfone 5Q agak membingungkan, tapi coba Anda tengok apa yang ASUS tawarkan di penutup 2018 ini, Zenfone Max Pro M2!
Memang, jedanya tak sampai satu tahun ya dari M1 dulu.
Tapi nampaknya ASUS tak membunuh M1 dengan upgrade yang diberikan. Level harganya sedikit di atas M1 dulu. Kalau sekarang sih segmentasinya sudah jelas karena M1 turun harganya.
Upgrade yang saya maksud akan saya buatkan dalam daftar ya.
1. Processor.
ASUS memilih untuk upgrade ke Snapdragon 660 yang makin sejalan dengan genre gaming yang digembor-gemborkannya. Walau sebetulnya bukan processor baru, namun performanya semakin baik itu tentu.
2. Kamera.
ASUS memilih sensor dari Sony untuk kameranya, dengan tambahan 3-axis gyro EIS. Soal stabilisasi video nanti dinilai langsung saja ya. Untuk hasil foto sih jelas terasa ada peningkatan dari M1 dulu. Lowlights meningkat cukup tajam, dengan catatan tangan harus sestabil mungkin, karena pada beberapa kondisi dia secara otomatis memperlambat rana, sehingga kalau goyang ya hasilnya blur.
Selfie-nya OK, tidak ada kamera jahat di sini, alias hasilnya natural ya.
Bokeh-nya mantap. Walau seingat saya M1 terakhir-terakhir setelah update juga bagus begini. Ya kalau tak suka hasilnya terlalu dramatis, jangan terlalu full ngatur aperture-nya ya. Yang pasti algoritmanya bekerja dengan baik membedakan tepian yang mendapat fokus dan yang blur.
Sudah masuk kategori kepake banget sih ini kameranya, dan silakan buktikan penilaian saya ini di deretan foto dan video berikut ini.
3. Layar.
ASUS memilih ikutan trend poni pada layar IPS 6,3 inci beresolusi Full HD+ ini. Di pojok kiri dan kanan atas masih cukup buat ikon notifikasi dan indikator, jadi ga masalah buat saya. Bezel kiri kanan tipis, atas cukup tipis, dan bawah agak tebal. Buat hape di harga segini yang mengedepankan jeroan bagus sih bisa dimaklum ya.
Yang istimewa, Zenfone Max Pro M2 ini sudah menggunakan Gorilla Glass 6. Kalau lihat di temen-temen yang lain sih sebetulnya sudah ada yg tergores saat disakuin. Jadi kalau mau lebih aman, monggo cari perlindungan ekstra ya.
4. Body.
ASUS juga memilih ikutan trend body glossy. Nambah cakep jadinya. Walau dengan pemilihan material polikarbonat mungkin membuat sebagian orang jadi kurang sreg. Saya pun lebih suka jika materialnya glass alias kaca ya, tapi saya tahu ini tak bisa diprotes mengingat production cost pasti sudah tersedot untuk poin nomor 1 dan 2 tadi.
Takut gores, ya pakai casing. Kan di kotak penjualannya sudah dikasih.
Saya ngga tahu apakah kualitas speakernya bisa dibilang upgrade atau tidak. Namun outputnya cukup lantang dan jernih. Saya persilakan saja Anda yang menilai ya pada video review-nya, soalnya beberapa bulan belakangan saya akrab dengan beberapa flagship yang audionya kece-kece, jadi standarnya mungkin agak beda.
Untuk performa, Snapdragon 660 sudah pada bisa nebak sepertinya ya levelnya. Skor Antutunya sedikit di bawah 130-ribuan, dan bagi saya buat maen PUBG sudah enak dan cukup banget. Smooth lah.
Baterainya masih 5.000 mAh, yang sama sih seperti M1 dulu, ga bisa dibilang hemat-hemat banget. Apalagi sekarang pakai Snapdragon 660 yang memang performanya lebih tinggi dari 636, efeknya konsumsi daya pun lebih beringas.
Rata-rata pemakaian saya M2 ini bertahan selama 30 jam ya dari baterai 100 ke 10%. SoT rata-rata di atas 6 jam, baik dengan gaming atau tidak. Yang pasti selalu dipakai secara intens.
Jangan dibandingkan dengan custom UI merk lain, maaf. M2 ini pakai stock Android yang notifnya realtime terus, yang konsekuensinya memang konsumsi daya lebih tinggi.
Yang jadi ganjelan sih masih soal pengsian daya yang terasa lama. Di atas 3 jam rasa-rasanya. Akhirnya saya selalu tinggal ngecas saat tidur. Quickcharge sepertinya tidak dibuka di ponsel ini, mungkin untuk menekan biaya.
Satu ganjelan lain, kadang saya temukan kamera ngehang walau frekuensinya jarang. Tapi yakin sih ini nanti beresnya kalau ada update software.
Overall, ASUS Zenfone Max Pro M2 ini dengan mudah masuk ke kategori best value di 2018 dan mungkin hingga semester pertama 2019 nanti. Saingannya ketat, sekarang pada berlomba-lomba mengisi segmen ini euy brand smartphone di Indonesia.
Jadi pintar-pintar memilih dan menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi masing-masing ya.
Saya sih merekomendasikan smartphone ini untuk dimiliki, apalagi kabarnya M2 ini anti ghoib ghoib club.
Hanya, sebelum memutuskan, pastikan sudah menyimak baik-baik poin-poin yang saya sebutkan tadi ya, baik yang sifatnya upgrade, maupun ganjelan yang saya rasakan.
Tapi overall, good job lah ASUS. Jangan berhenti di sini, terus sempurnakan formulanya ya.
Sun jauh dari Cimahi, hehehe.
Wassalamualaikum.
Comments
Post a Comment